Banjir dianggap sebagai bencana alam paling umum di
selururh dunia selama decade terakhir
ini. Pemetaan potensi bahaya banjir diperlukan untuk pengelolaan dan mitigasi
banjir. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efesiensi Analytical Hierarchical Process (AHP) untuk mengidentifikasi
potensi zona bahaya banjir dengan membandingkan hasil model hidrolik. Sekumpulan
dari kriteria diintegrasikan dengan metode kombinasi linear ketimbang
menggunakan ArcGIS 10.2 perangkat lunak untuk menghasilkan peta prediksi bahaya
banjir. Genangan air simulasi (luas dan kedalaman banjir) dilakukan dengan
menggunakan hidrodinamik memprogram HEC – RAS untuk banjir interval 50 dan 100
tahun. Validasi dari peta prediksi bahaya banjir dilakukan berdasarkan tingkat
dan kedalaman banjir peta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik AHP
menjanjikan pembuatan prediksi akurat dan dapat diandalkan untuk tingkat
banjir. Oleh karena itu, AHP dan teknik sistem informasi geografis (SIG)
disarankan untuk penilainan potensi bahaya banjir, khususnya di daerah tanpa
data.
Pendahuluan
Banjir adalah luapan air yang merendam tanah, dan dapat
menyebabkan kerusakan pada lahan pertanian, daerah perkotaan, dan bahkan dapat
mengakibatkan hilangnya nyawa. Sistem informasi
geografis (SIG) dan teknik penginderaan jauh (RS) telah membuat kontribusi signifikan dalam analisis bahaya alam .Banyak
penelitian telah dilakukan pada pemetaan kerentanan banjir dan banjir analisis menggunakan GISPendekatan yang
paling populer dalam pemodelan bahaya alam adalah rasio frekuensi (FR).
Analisis keputusan
multi-kriteria (MCDA) telah diakui sebagai alat penting untuk menganalisis masalah keputusan yang kompleks, yang
seringkali melibatkan hal yang tidak dapat dibandingkan data atau kriteria. Pendekatan MCDA-GIS
yang digabungkan telah digunakan dalam pemodelan spasial dan analisis bahaya alam
.Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa teknik ini dapat dilakukan
digunakan untuk menghasilkan peta bahaya .AHP (Saaty 1980)
adalah teknik yang populer di bidang pengambilan keputusan multi-kriteria. Salah
satu masalah penting dari Metode AHP adalah kebutuhan untuk mengeksploitasi
pengetahuan para ahli dalam menetapkan bobot, yang dapat dianggap sebagai
sumber bias.Efisiensi GIS dan MCDA telah dinilai oleh Fernandez dan Lutz (2010)
untuk memetakan daerah-daerah yang rawan banjir di Provinsi Tucuman, Argentina.
Pendekatan pemodelan
hidrodinamik juga telah digunakan oleh berbagai peneliti untuk menyediakan pemetaan kerentanan banjir.Namun,
metode hidrologi membutuhkan kerja lapangan dan anggaran besar untuk
pengumpulan data. Tith (1999)
menyelidiki dataran banjir tekad di Austin, AS, dengan kombinasi HEC-RAS dan GIS, dan ditemukan bahwa kombinasi dari kedua teknik simulasi geometrik ini
memiliki kemampuan yang besar.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah membandingkan
zona potensial bahaya banjir
ditentukan menggunakan AHP dengan area tergenang yang ditentukan oleh model
hidrolik HEC-RAS di Sungai
Bashar, hilir kota Yasooj, Iran.
Metodologi
Hasil
Total Area yang Tergenang (dari model hidrolik) dan Hampir Punah (berdasarkan MCDA)
(A) Periode
pengembalian 50 Tahun
|
(B) Pembuangan
periode kembali 100 tahun
|
Kedalaman Banjir yang Disimulasikan
(A)
Periode Pengembalian 50 Tahun
|
(B) Periode Pengembalian 100 Tahun |
Kesimpulan
1.
Terdapat empat untuk menentukan zona bahaya
banjir, diantaranya parameter jarak ke saluran pembuangan, penggunaan lahan,
ketinggian dan kemiringan lahan.
2. Model hidrolik HEC – RAS digunakan untuk
mensimulasikan area yang tergenang menggunakan geometri lintas – bagian saluran,
koefisien kekasaran, Manning dan debit puncak sebagai input model.
3. Teknik AHP dan GIS menjanjikan untuk membuat
prediksi yang cukup andal untuk tingkat banjir dan dapat disarankan untuk
penilaian potensi bahaya banjir, khususnya di daerah tanpa data.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar